Seandainya
saja, Presiden pertama RI Soekarno masih hidup pada zaman ini dan masih berusia
muda, apa yang akan terjadi jika ia mencalonkan diri dan bertarung dalam
pemilihan presiden langsung? Apakah akan mudah melenggang maju mencuri simpati
rakyat Indonesia zaman ini atau justru akan tersandung?
Realitas membuktikan,
setelah 3 kali pemilihan presiden secara langsung, betapa masalah-masalah yang
non-teknis dan tidak substansial terkadang sangat mempengaruhi dan justru
mengantarkan seseorang seperti SBY dan Jokowi ke tampuk kekuasaan tertinggi
negeri ini.
Dengan
penampilannya yang charming, enak dilihat, terlihat tegas dan penuh wibawa. SBY
bersama partai Demokrat yang masih seumur jagung dan dibantu partai medioker
seperti PKS dan PBB mampu memenangkan duel dengan Ratu Diam Megawati Soekarno
Putri pada pilpres pertama tahun 2004. Pada 2009, pesona SBY belum tergoyahkan
karena masih menghadapi lawan yang lu lagi lu lagi. Walaupun sudah ada Prabowo
yang menjadi cawapres Megawati waktu itu, tetap saja tak mampu menahan laju
sang juara bertahan.
2014
Jokowi muncul melesat bak meteor, wusss! Dari seorang walikota di Solo dengan
geger mobil Esemka yang tak tahu ujung rimbanya, menaklukan ibukota yang begitu
rumit lantas dalam sekian bulan ketika program kerjanya sebagai gubernur belumlah berjalan sebagaimana yang dijanjikan, ia sudah berpindah kantor di istana Negara sebagai
Presiden RI. Segala macam upaya kampanye dilakukan, begitu rapi dengan segala
macam gimik-gimiknya. Konon memiliki tim yang cukup kuat di sosial media dan didukung taipan-taipan Tionghoa.
Sebuah ajang baru tempat berkampanye.
Jika Soekarno hidup di zaman ini! Apakah ia bisa memenangkan Pilpres???
Sulit kawan! Cukup Sulit! Sangat Sulit!!
Kenapa? Karena
lawan politik akan dengan mudah menembaknya dengan isu poligami dan gonta-ganti
istri. Di berbagai media mainstream akan dipasang foto-foto 9 istri Soekarno.
Di acara infotainment akan diburu kemana langkah Oetari menghabiskan waktu
senggang setelah ditinggal Soekarno. Akan pula diulas kisah Inggit Garnasih,
janda kota kembang yang merebut hati Soekarno dari Oetari. Akan dibahas pula
kisah Ratna Sari Dewi, gadis Harajuku asal Jepang dengan segala latar
belakangnya. Belum lagi Yurike Sanger, gadis SMA anggota Paskibraka. Semuanya
akan dikuliti, semuanya akan dikupas habis agar masyarakat lebih tertarik pada
kisah asmaranya ketimbang pidatonya yang meletup-letup.
Cukup
satu senjata: Poligami! Maka Soekarno akan dibuat runtuh dimata masyarakat. Hilang
sudah daya nalar warga lalu menjatuhkan pilihan pada calon lain yang terlihat
mesra dengan istrinya yang hanya satu. Walaupun entahlah yang terjadi di
belakang panggung.
Oetari Tjokroaminoto adalah istri pertama
Soekarno. Soekarno menikahi Oetari tahun 1921 di Surabaya. Ketika menikah usia
Soekarno baru 20 tahun sementara Oetari masih 16 tahun. Oetari merupakan putri
guru Soekarno HOS Tjokroaminoto. Soekarno menikahi Oetari untuk meringankan
beban keluarga Tjokro. Kala itu istri Tjokro baru saja meninggal. Soekarno
tidak mencintai Oetari sebagaimana seorang suami mencintai istrinya. Begitu
pula Oetari. Dunia pergerakan Soekarno dan dunia kanak-kanak Oetari terlalu
berseberangan. Hubungan mereka pun lebih seperti kakak-adik.Pernikahan Soekarno
dan Oetari hanya seumur jagung. Soekarno menceraikan Oetari tak lama setelah
kuliah di Bandung.
Inggit Garnasih (1923–1943)
Soekarno kos di Bandung tahun 1921. Sejak awal
pertemuan di rumah Inggit Garnasih, dia sudah mengagumi sosok Inggit yang
matang dan cantik. Soekarno berusia 20 tahun dan Inggit berusia 33 tahun kala
itu. Pernikahan Inggit dengan Sanusi, suaminya, pun tidak bahagia. Pada sosok
Inggit Soekarno menemukan pelabuhan cintanya. Inggit begitu telaten melayani
dan mendengarkan Soekarno. Soekarno merebut Inggit dari suaminya dan menikah
tahun 1923. Inggit mendampingi Soekarno dalam suka dan duka selama hampir 20
tahun. Pernikahan Soekarno dan Inggit tidak dikaruniai anak. Tahun 1943,
Soekarno menceraikan Inggit yang tak mau dimadu.
Dalam pembuangan di Bengkulu, Soekarno bertemu
Fatmawati. Gadis muda ini adalah putri tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Usia
Soekarno terpaut 22 tahun lebih tua dari Fatmawati. Hubungan dengan Fatmawati
membuat pernikahan Soekarno dengan Inggit Garnasih berakhir. Inggit menolak
dipoligami dan memilih pulang ke Bandung. Tanggal 1 Juni 1943, Soekarno dan
Fatmawati menikah. Soekarno berusia 42 tahun dan Fatma 20 tahun. Setelah
Indonesia merdeka, Fatma menjadi ibu negara pertama. Dia juga yang menjahit
bendera pusaka merah putih. Dari Fatmawati, Soekarno mendapatkan lima orang
anak. Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri,
Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Hartini (1952–1970)
Hartini adalah wanita setia yang sempat mengisi
hidup Soekarno. Saat dipinang oleh sang proklamator pada 1953, Hartini berumur
29 tahun dan berstatus janda lima anak. Pernikahan keduanya diawali oleh
pertemuan di Candi Prambanan, Jawa Tengah, saat sang kepala negara mengadakan
kunjungan kerja. Sumber lain menyebutkan, pertemuan di candi itu adalah
kelanjutan cinta pandangan pertama keduanya di rumah dinas Wali Kota Salatiga,
setahun sebelumnya.Dari Soekarno, Hartini melahirkan dua anak. Yakni Taufan
Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra. Hartini tetap menjadi istri saat masa
kekuasaannya Soekarno sudah memasuki usia senja. Hartini juga tetap
mempertahankan status pernikahan hingga ajal menjemput Soekarno. Di pangkuan
Hartinilah, Putra Sang Fajar menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot
Subroto pada 21 Juni 1970.
Kartini Manoppo (1959–1968)
Sosok wanita ini merupakan salah satu istri yang
paling dicintai oleh Soekarno. Menikah dengan Kartini Manoppo pada 1959, Bung
Karno dikarunia anak Totok Suryawan Sukarno pada 1967. Awal mula Bung Karno
jatuh hati pada wanita yang pernah jadi pramugari Garuda Indonesia itu saat
melihat lukisan karya Basuki Abdullah. Sejak saat itu, Kartini tak pernah absen
tiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri.Kartini merupakan wanita asal Bolaang
Mongondow, Sulawesi. Dia terlahir dari keluarga terhormat, sehingga Kartini
menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno. Sejarah mencatat, Kartini
merupakan istri kedelapan Sang Putera Fajar.
Ratna Sari Dewi adalah wanita kelima yang
dinikahi Soekarno. Lahir dengan nama Naoko Nemoto di Tokyo, 6 Februari 1940,
Dewi dinikahi sang proklamator saat usia 19 tahun. Dari Soekarno, yang ketika
itu berumur 57 tahun, Dewi mempunyai satu anak yaitu Kartika Sari Dewi
Soekarno. Kisah pertemuan Soekarno dan Dewi cukup menarik. Gadis Jepang itu
berkenalan dengan Soekarno lewat seseorang ketika Bung Karno berada di Hotel
Imperial, Tokyo. Sebelum menjadi istri Soekarno, Dewi adalah seorang pelajar
sekaligus entertainer. Gosip beredar bahwa dia adalah seorang geisha. Namun
rumor itu berkali-kali dibantahnya.Dalam 'A Life in the Day of Madame Dewi'
diceritakan, setelah bercerai dengan Soekarno, Dewi kemudian pindah ke berbagai
negara di Eropa termasuk Swiss, Perancis, dan Amerika Serikat. Pada 2008, ia
menetap di Shibuya, Tokyo, Jepang.Dewi pernah membuat kontroversi pada 1998,
saat dia berpose untuk sebuah buku foto berjudul 'Madame Syuga'. Di buku itu,
ditampilkan Dewi dengan pose-pose setengah bugil dan menampakkan seperti tato.
Haryati (1963–1966)
Sebelum dinikahi Soekarno pada 1963, Haryati
adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian.
Karena pekerjaannya itulah, Haryati dekat dengan sang proklamator.Melihat
kemolekan Haryati, Soekarno bak arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada wanita
berusia 23 tahun itu. Bahkan, status Haryati sebagai kekasih orang lain, tak
membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya. Hati Haryati pun
akhirnya jebol dan tak kuasa menolak pinangan sang kepala negara. Soekarno dan
Haryati akhirnya menikah pada 21 Mei 1963. Namun selang tiga tahun, Haryati
diceraikan tanpa anak. Soekarno beralasan sudah tidak cocok. Saat itu, Soekarno
juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi.
Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan
Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus
pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara
Kenegaraan. Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Sang Putera Fajar.
Perhatian ekstra diberikan sang presiden kepada gadis bau kencur - yang mirip
dengan artis masa kini, Pevita Pearce - mulai dari diajak bicara, duduk
berdampingan sampai diantar pulang ke rumah. Rupanya, benih-benih cinta sudah
mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan
menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan
ke Yurika. Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua Yurike. Pada 6 Agustus 1964,
dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah
Yurike. Berjalannya waktu, ternyata pernikahan ketujuh Sang Proklamator
berjalan singkat. Kondisi Bung Karno pada 1967 yang secara de facto di
makzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi. Didasari rasa
cinta yang luar biasa, Bung Karno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso
menyarankan agar Yurike meminta cerai. Akhirnya perceraian itu terjadi, meski
keduanya masih saling cinta.
Heldy Djafar (1966–1969)
Istri Bung Karno Heldy Djafar merupakan istri
terakhir Soekarno, istri kesembilan. Keduanya menikah pada 1966, kala itu Bung
Karno berusia 65 tahun sedangkan Heldy gadis asal Kutai Kertanegara, Kalimantan
Timur itu, masih berusia 18 tahun. Pernikahan keduanya hanya bertahan dua
tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tak
berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso, Jalan Gatot
Subroto. Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan.
Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut. Akhirnya, pada 19 Juni 1968 Heldy 21
tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor. Kala itu Heldy yang sedang
hamil tua mendapat kabar Soekarno wafat.
Dengan 9 kisah perempuan ini, rasanya sulit berkampanye pilpres dengan segala macam pernak-perniknya. Jangankan sembilan, dua saja jadi kendala ^_^
Dengan 9 kisah perempuan ini, rasanya sulit berkampanye pilpres dengan segala macam pernak-perniknya. Jangankan sembilan, dua saja jadi kendala ^_^
Sumber foto dan profil 9 istri Soekarno: indocropcircles.wordpress.com, bintang.com
0 Response to "Andai Bung Karno Hidup di Zaman Ini! Ia Sulit Menang Pilpres Langsung.. Ini Alasannya.. "
Posting Komentar